Selasa, 02 Desember 2014
Prinsip-prinsip Manajemen
Pengertian
Prinsip adalah suatu pernyataan kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir atau melakukan kegiatan. Prinsip manajemen adalah suatu dasar yang merupakan pernyataan kebenaran yang dijadikan sebagai pedoman dalam menjalankan tugas memimpin suatu usaha kerjasama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Prinsip manajemen merupakan nilai yang menjadi inti dari keberhasilan sebuah manajemen.
Prinsip Manajemen Menurut Henry Fayol
Menurut Henry Fayol, seorang industrialis asal Perancis, prinsip-prinsip dalam manajemen sebaiknya bersifat lentur, dalam arti perlu dipertimbangkan sesuai dengan kondisi dan situasi yang berubah-ubah. Prinsip-prinsip umum manajemen menurut Henry Fayol terdiri dari:
1. Pembagian Kerja (Division of Work)
Pembagian kerja yang baik merupakan kunci bagi penyelenggaraan kerja. Seorang manajer yang berpengalaman akan menempatkan pembagian kerja sebagai prinsip utama yang akan menjadi titik tolak bagi prinsip-prinsip lainnya. Pembagian kerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian pekerja sehingga pelaksanaan kegiatan kerja dapat berjalan dengan efektif. Pembagian kerja harus rasional (objektif), bukan emosional (subjektif) yang didasarkan atas dasar like and dislike. Oleh karena itu dalam penempatan karyawan harus menggunakan prinsip the right man in the right place. Dengan begitu pelaksanaan kerja akan lebih stabil, lancar, dan efisien.
2. Wewenang dan Tanggung Jawab (Authority and Responsibility)
Wewenang dan tanggung jawab haruslah seimbang. Setiap pekerjaan harus dapat memberikan pertanggungjawaban yang sesuai dengan wewenang. Makin kecil wewenang maka makin kecil pula pertanggungjawaban demikian pula sebaliknya. Karyawan harus dilengkapi dengan wewenang untuk melakukan pekerjaan dan setiap wewenang diikuti pertanggungjawaban. Namun jika ada kegagalan dalam suatu usaha, kesalahan bukan terletak pada karyawan tersebut melainkan pada manajer puncak. Sebab yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab terbesar adalah manajer puncak. Maka dari itu seorang manajer puncak harus memiliki keahlian dan sikap kepemimpinan yang baik agar wewenang yang ada padanya tidak menjadi bumerang.
3. Disiplin (Discipline)
Disiplin merupakan ketaatan dan kepatuhan terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawab. Disiplin ini berhubungan erat dengan wewenang. Apabila wewenang tidak berjalan dengan semestinya maka disiplin akan hilang. Oleh karena itu pemegang wewenang harus dapat mananamkan disiplin terhadap dirinya sendiri sehingga mempunyai tanggung jawab serta pembagian kerja.
4. Kesatuan Perintah (Unity of Command)
Dalam melaksanakan pekerjaan, karyawan harus memperhatikan prinsip kesatuan perintah sehingga pelaksanaan kerja berjalan dengan baik. Karyawan harus tahu kepada siapa ia harus bertanggungjawab sesuai dengan wewenang yang diperolehnya. Perintah yang diterima oleh seorang karyawan tidak boleh diberikan oleh lebih dari satu orang atasan karena dapat merusak jalannya wewenang dan tanggung jawab serta pembagian kerja.
5. Kesatuan Pengarahan (Unity of Direction)
Kesatuan pengarahan berkaitan erat dengan pembagian kerja, wewenang dan tanggung jawab, serta disiplin. Kesatuan pengarahan bergantung pula terhadap kesatuan perintah. Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya, karyawan perlu diarahkan menuju sasarannya. Diperlukan alur yang yang jelas dari mana karyawan mendapat wewenang untuk pelaksanaan pekerjaan dan kepada siapa ia harus mengetahui batas wewenang dan tanggung jawabnya agar tidak terjadi kesalahan. Karena bisa saja dalam pelaksanaan kerja terdapat dua perintah yang menimbulkan arah yang berlawanan.
6. Mengutamakan Kepentingan Organisasi diatas Kepentingan Sendiri (Top Priority to The Interests of The Organization in Its Own Interests)
Setiap karyawan harus mengabdikan kepentingan sendiri kepada kepentingan organisasi. Setiap karyawan harus memiliki kesadaran bahwa kepentingan pribadai sebenarnya bergantung pada berhasil-tidaknya kepentingan organisasi. Hal ini merupakan suatu syarat yang sangat penting agar setiap kegiatan berjalan dengan lancar demi tercapainya tujuan dengan baik. Prinsip pengabdain kepentingan pribadi kepada kepentingan organisasi dapat terwujud apabila setiap karyawan merasa senang dalam bekerja sehingga memiliki displin yang tinggi.
7. Pemberian Upah Gaji Karyawan (Remuneration of Personnel)
Gaji atau upah bagi karyawan merupakan kompensasi yang menentukan terwujudnya kelancaran dalam bekerja. Karyawan yang diliputi perasaan cemas dan kekurangan akan sulit berkonsentrasi terhadap tugas dan kewajibannya sehingga dapat mengakibatkan ketidaksempurnaan dalam bekerja. Oleh sebab itu sistem penggajian karyawan harus diperhitungkan agar menimbulkan kedisplinan dan kegairahan kerja sehingga karyawan dapat bekerja dengan tenang dan berkeinginan untuk membuat prestasi yang lebih besar, sesuai dengan prinsip more pay for more prestige. Dan prinsip upah sama untuk prestasi yang sama juga perlu diterapkan agar tidak ada perbedaan yang dapat menimbulkan tindakan tidak disiplin.
8. Pemusatan (Centralization)
Pemusatan wewenang akan menimbulkan pemusatan tanggung jawab dalam suatu kegiatan. Pemusatan bukan berarti adanya kekuasaan untuk memegang wewenang, melainkan untuk menghindari kesimpangsiuran wewenang dan tanggung jawab. Pemusatan wewenang ini juga tidak menghilangkan asas pelimpahan wewenang (delegatin of authority). Tanggung jawab terakhir terletak pada orang yang memegang wewenang tertinggi atau disebut dengan manajer puncak.
9. Hierarki (Hierarchy)
Pembagian kerja menimbulkan adanya atasan dan bawahan. Bila pembagian kerja ini mencakup area yang cukup luas maka akan menimbulkan hierarki. Hierarki diukur dari wewenang terbesar yang ada pada manjer puncak dan seterusnya berurutan ke bawah. Dengan adanya hierarki, karyawan akan mengetahui kepada siapa ia harus bertanggung jawab dan dari siapa ia mendapat perintah.
10. Tata Tertib (Order)
Pada dasarnya tidak ada orang yang bisa bekerja dalam keadaan kacau, sehingga ketertiban dalam melaksanakan pekerjaan merupakan syarat utama. Ketertiban dalam suatu pekerjaan dapat terwujud apabila seluruh karyawan, atasan maupun bawahan, memiliki disiplin yang tinggi.
11. Keadilan (Equity)
Keadilan yang diiringi dengan kejujuran merupakan salah satu syarat utama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. Hal ini berkaitan dengan moral karyawan dan tidak dapat dipisahkan. Keadilan dan kejujuran harus ditegakkan mulai dari atasan karena ia memiliki wewenang yang paling besar. Manajer yang baik dan jujur akan menggunakan wewenang dengan sebaik-baiknya untuk malakukan keadilan dan kejujuran pada bawahan dan organisasinya.
12. Stabilitas Masa Jabatan Karyawan (Stability of Tenure of Personnel)
Dalam setiap kegiatan kestabilan karyawan harus dijaga sebaik-baiknya agar segala pekerjaan berjalan dengan lancar. Kestabilan karyawan terwujud dengan adanya disiplin kerja yang baik dan tertib dalam kegiatan. Namun diperlukan waktu bagi karyawan untuk menyesuaikan diri pada jabatannya yang baru dan untuk mencapai penuaian tugas yang cukup baik.
13. Prakarsa (Inisiative)
Prakarsa mengandung arti menghargai orang lain. Oleh karena itu prakarsa yang datang dari karyawan harus dihargai karena pada hakikatnya manusia butuh penghargaan. Prakarsa timbul dari dalam siri seseorang yang menggunakan daya pikir. Prakarsa menimbulkan kehendak untuk mewujudkan sesuatu yang berguna bagi penyelesaian pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Dalam prakarsa terhimpun kehendak, perasaan, pikiran, keahlian, dan pengalaman seseorang. Seorang manajer yang bijak tentu akan menerima dengan senang hati prakarsa-prakarsa yang dilahirkan oleh karyawannya.
14. Semangat Kesatuan (Esprits de Corps)
Kerjasama kelompok dan komunikasi yang baik adalah prinsip untuk tercapainya keharmonisan. Semangat kesatuan akan lahir apabila setiap karyawan mempunyai kesadaran bahwa setiap karyawan berarti bagi karyawan lain begitu juga sebaliknya. Setiap karyawan harus memiliki rasa kesatuan, yaitu rasa senasib sepenanggungan yang dapat menimbulkan semangat kerjasama yang baik. Manajer yang memiliki kepemimpinan akan mampu melahirkan semangat kesatuan (esprits de corps), sedangkan manajer yang suka memaksa dengan cara-cara yang kasar akan menimbulkan perpecahan (friction de corps) dan akan membawa bencana.
Sumber: www.wikipedia.org
Langganan:
Postingan (Atom)